Total Tayangan Halaman

Minggu, 28 Desember 2014

Puisi Galau









Selembar Daun

Aku sedang memejamkan mata
Memikirkanmu
Ketika selembar daun
Bagai beludru
Biru keemasan warnanya
Tiba-tiba jatuh ke pangkuanku
Kuelus daun yang seperti basah itu
Dalam keriangan bocah
Ah, siapa yang mengirimkannya?
-seperti  semua yang tiba-tiba datang membahagiakanku-
Semoga isyarat darimu:
Rinduku kau terima.












Semoga

Semoga rindu ini tak seperti daun kering
Yang tertiup angin
Terlempar kemana-mana
Tak menentu arahnya:
Terbuang di genangan air
Hancur begitu saja dibawah sepatu
Dan bahkan berkobar menjadi abu tak berarti
Berharap Tuhan menjelmakan rindu menjadi bintang
Tak ada hentinya berpijar
Meski tak sebesar matahari, bahkan kecil sebiji padi
Sinarnya akan terang saat langit benar-benar pekat dan gulita
Terlihat sekecil biji padi bukan sebab ia kecil pada hakikatnya
Tapi karena ia memperhatikanmu dari tempat yang jauh
Benar-benar nampak saat benar-benar gulita

Kenapa bintang? Karena tak pernah sanggup ku definisikan jumlahnya saat kuhitung.







Suara Itu

Jelas suara yang kudengar bukan sekedar kersik daun-daun kering
Dimainkan angin malam
Bukan jerit engsel jendela kamar pengapku
Yang telah berjaga
Bukan pula suara debur ombak
Yeng terus menghantami
Tebing-tebing
Karena gaungnya tak putus-putus
Memantul-mantul
Pada dinding-dinding dada
Mengiris-iris sepi
Hingga dini hari














Huruf-huruf Hidup

Huruf-huruf hidup
Huruf-huruf mati
Kurangkai-rangkai
Kujadikan setangkai kata
Ingin kusematkan
-Tersenyumlah!-
Direkah bibirmu
Lalu tiuplah pelan-pelan
Biar bertebaran
Kalimat-kalimat keramat
Bagai manik-manik sorga
Di telaga
Hatiku.














Untuk A

Dalam kamus bahasa-bahasa yang kutahu
Sudah kuteliti dan tak kutemukan
Kata yang kucari juga
Sudah kuaduk-aduk
Huruf-huruf dari a
Sampai z dari alif-ba’
Sampai hamzah-ya
Dari ha-na-ca-ra-ka
Sampai ma-ga-ba-tha-nga
Untuk merangkai satu kata
Mengucap
Rinduku.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar