Selembar Daun
Aku sedang
memejamkan mata
Memikirkanmu
Ketika selembar daun
Bagai beludru
Biru keemasan
warnanya
Tiba-tiba jatuh ke
pangkuanku
Kuelus daun yang
seperti basah itu
Dalam keriangan
bocah
Ah, siapa yang
mengirimkannya?
-seperti semua yang tiba-tiba datang membahagiakanku-
Semoga isyarat
darimu:
Rinduku kau terima.
Semoga
Semoga rindu ini tak
seperti daun kering
Yang tertiup angin
Terlempar
kemana-mana
Tak menentu arahnya:
Terbuang di genangan
air
Hancur begitu saja
dibawah sepatu
Dan bahkan berkobar
menjadi abu tak berarti
Berharap Tuhan
menjelmakan rindu menjadi bintang
Tak ada hentinya
berpijar
Meski tak sebesar
matahari, bahkan kecil sebiji padi
Sinarnya akan terang
saat langit benar-benar pekat dan gulita
Terlihat sekecil
biji padi bukan sebab ia kecil pada hakikatnya
Tapi karena ia
memperhatikanmu dari tempat yang jauh
Benar-benar nampak
saat benar-benar gulita
Kenapa bintang?
Karena tak pernah sanggup ku definisikan jumlahnya saat kuhitung.
Suara
Itu
Jelas
suara yang kudengar bukan sekedar kersik daun-daun kering
Dimainkan
angin malam
Bukan
jerit engsel jendela kamar pengapku
Yang
telah berjaga
Bukan
pula suara debur ombak
Yeng
terus menghantami
Tebing-tebing
Karena
gaungnya tak putus-putus
Memantul-mantul
Pada
dinding-dinding dada
Mengiris-iris
sepi
Hingga
dini hari
Huruf-huruf
Hidup
Huruf-huruf
hidup
Huruf-huruf
mati
Kurangkai-rangkai
Kujadikan
setangkai kata
Ingin
kusematkan
-Tersenyumlah!-
Direkah
bibirmu
Lalu
tiuplah pelan-pelan
Biar
bertebaran
Kalimat-kalimat
keramat
Bagai
manik-manik sorga
Di
telaga
Hatiku.
Untuk A
Dalam kamus
bahasa-bahasa yang kutahu
Sudah kuteliti dan
tak kutemukan
Kata yang kucari
juga
Sudah kuaduk-aduk
Huruf-huruf dari a
Sampai z dari
alif-ba’
Sampai hamzah-ya
Dari ha-na-ca-ra-ka
Sampai
ma-ga-ba-tha-nga
Untuk merangkai satu
kata
Mengucap
Rinduku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar